Download kitab fathul qorib syarah matan taqrib

Download kitab fathul qorib-Kitab fathul qorib adalah kitab fiqh yang cukup terkenal di dunia pesantren karena kitab fathul qorib merupakan salah satu referensi fiqh pokok di pesantren-pesantren nusantara karya Syaikh al Imam al Alim al Allamah Syamsuddin Abu Abdillah Muhammad bin Qasim Asy-Syafi’i (Ibnu Qosim al Ghozi). Kitab fathul qorib adalah salah satu kitab  syarah dari matan taqrib karya Syaikh Ahmad bin al-Husen bin Ahmad al-Asfahaniy (al Qodli Abu Syuja’).

fath

Kitab fathul qorib al mujib syarah matan taqrib memuat berbagai persoalan fikih terkait banyak hal. Berikut garis besar isinya: hukum-hukum bersuci, hukum-hukum shalat, hukum-hukum zakat, hukum puasa, hukum haji, hukum jual beli dan berbagai transaksi lainnya, hukum-hukum pembagian waris dan wasiat, Perkawinan dan segala sesuatu yang berhubungan dengannya, hukum-hukum jinayat, berbagai macam hukum had, hukum-hukum Jihad, hukum-hukum buruan sembelihan dan makanan, hukum sumpah dan nadzar, hukum peradilan dan persaksian, dan hukum-hukum memerdekaan budak.

Di era modern ini, banyak santri ataupun akademisi lain yang ingin download kitab fathul qorib.

Kisanak bisa download kitab matan taqrib dan download kitab fathul qorib di link di bawah ini :

https://drive.google.com/file/d/0BwAo5x_aI8kpZ1ByOUlPLTZKcjg/view?usp=sharing

Ngaji di Ponpes Nurul Ummah Kotagede

Ngaji di Ponpes Nurul Ummah Kotagede-Ini dia yang banyak dinantikan. Pesantren yang satu ini memang hits di Jogja, terutama di kalangan teman-teman mahasiswa. Ciri khas dari pesantren ini adalah kompromi antara salaf dan kholaf. Tidak heran jika banyak yang bertanya terkait jadwal ngaji di Ponpes Nurul Ummah Kotagede yang bisa diikuti oleh khalayak umum.

Nurul-Ummah-2

Berikut ini adalah jadwal ngaji di Ponpes Nurul Ummah Kotagede :

Ahad pukul 13.00 WIB –> Tafsir Maroh Labid oleh KH Ahmad Zabidi
Jumat pukul 20.30 WIB –> Shohih Bukhori oleh KH Ahmad Zabidi
Malam Selasa Wage pukul 20.30 WIB –> Wasailil wushul oleh KH Ahmad Zabidi

Ancer-ancer Ponpes Nurul Ummah Kotagede :

Lampu merah Pabrik SGM ke selatan, perempatan kedua (ada SPBU) ambil kiri, pertigaan depan Indomar*t ambil kanan, perempatan lapangan karang masih lurus (ke selatan), terus sampai ada pohon di tengah jalan, Ponpes Nurul Ummah di sampingnya, yang ada masjid bertingkat

Kontak ngaji di Ponpes Nurul Ummah Kotagede :

Telepon (0274) 374469

Dari Urgensi Zakat Hingga Ideologi Sosialis

Tak terasa, bulan ramadhan sebentar lagi meninggalkan kita. Padahal, sepertinya baru kemarin saja polemik perbedaan awal ramadhan menjadi perbincangan hangat di banyak majelis ta’lim. Menjelang hari lebaran seperti momen sekarang ini, umat Islam mulai berusaha untuk membayar zakat, tentunya bagi yang mampu. Hati akan merasa lega bila sudah berzakat dengan mengeluarkan 2,5 kg beras. Namun, apakah zakat hanya dimaknai secara sempit dengan memberikan beras 2,5 kg seperti ini saja ?

file-1864814a48170cc5fead838096208a6f890

Saya tidak akan memvonis “salah” bagi orang yang menyatakan bahwa makna zakat adalah terbatas pada patokan beras seberat 2,5 kg saja. Memang demikian adanya pemahaman orang banyak mengenai makna zakat. Namun, jangan salah bahwa pengertian tersebut bukanlah pengertian tunggal yang general terkait dengan pemahaman zakat. Bila kita pelajari  lebih mendalam, dalam pembahasan ilmu fikih Islam, zakat dibagi menjadi dua, yaitu zakat fitrah dan zakat mal. Pemahaman orang awam, bahwa zakat identik dengan beras 2,5 kg, hanya mencakup teritorial pengertian zakat fitrah saja, yang biasa dikeluarkan menjelang hari raya lebaran idul fitri.

Banyak orang menganggap bahwa ketika zakat fitrah sudah dikeluarkan maka hilanglah kewajibannya untuk berzakat. Anggapan seperti ini harus diluruskan. Kalau kita renungi, kira-kira apa motif Tuhan ketika menginstruksikan hamba-Nya untuk berzakat? Apakah tidak ada alasan logis dan hanya berhenti pada titik dogmatis saja? Tentunya Tuhan punya motif. Kebanyakan dari kita mungkin akan menjawab bahwa zakat adalah untuk membantu sesama. Lebih jauhnya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan umat. Nah, apakah dengan mengeluarkan 2,5 kg saja umat ini bisa sejahtera? Tidak semudah itu. Tuhan tentunya Maha Mnegetahui sehingga umat Islam yang mampu tidak hanya diwajibkan untuk membayar zakat fitrah, tetapi juga diwajibkan untuk membayar zakat mal.

Saat ini yang perlu digali lebih banyak dari umat adalah kesadaran untuk mengeluarkan zakat mal. Dalam konsep zakat mal modern, ada beberapa macam harta yang wajib dizakati, semisal pendapatan, tabungan, investasi uang, harta perniagaan, dan emas. Jumlah zakat yang didapatkan tentunya akan cukup fantastis jika kesadaran berzakat mal semakin tinggi. Zakat mal inilah yang merupakan raksasa potensi umat Islam untuk bisa mencapai kesejahteraan umum.

Zakat dan ideologi sosialis

Terkait dengan tujuan zakat bila ditinjau dari sisi sosial di atas, bolehlah kita sedikit menilik ideologi ekonomi sosialis yang selama ini kita anggap tidak sesuai dengan ideologi ekonomi kita. Dalam konsep ideologi ekonomi soisalis, terdapat cita-cita besar untuk mendistribusikan kekayaan negara kepada seluruh rakyat secara merata. Cita-cita tersebut tentunya bagus dan memiliki sisi kesamaan dengan ide Tuhan ketika mewajibkan umat Islam untuk membayar zakat.

Dalam pembahasan fikih Islam, jelas sekali bahwa zakat hanya boleh dibagikan kepada delapan golongan saja. Kedelapan golongan tersebut adalah fakir, miskin, ‘amil (semacam panitia zakat), muallaf (orang yang baru masuk Islam), ghorim (orang dengan banyak beban hutang), mujahid fi sabilillah (orang yang berjuang di jalan Alloh), ibnu sabil (musafir), dan hamba sahaya. Seperti itulah fikih Islam menentukan golongan umat Islam yang berhak mendapatkan distribusi zakat. Dalam bahasa kaum soisalis, barangkali kedelapan golongan ini adalah sebutan untuk kaum proletar. Anggapan ini mungkin tidak tepat secara definitif. Namun, paling tidak memiliki kesamaan pijakan bahwa keduanya adalah sama-sama merupakan pihak yang pantas untuk mendapatkan distribusi “harta kekayaan”, walaupun dengan alasan yang berbeda.

Kaum proletar dalam konsep sosialis, dianggap pantas untuk mendapatkan distribusi harta kekayaan negara karena keberadaannya adalah menempati kelas sosial kedua dalam masyarakat sehingga tingkat kesejahteraannya perlu mendapatkan perhatian khusus. Hal tersebut berbeda dengan konsep delapan golongan dalam konsep fikih Islam. Kedelapan golongan tersebut memiliki kriteria masing-masing, tidak melulu bertumpu pada kelas sosial (dalam bahasa kaum sosialis, karena dalam konsep Islam tidak ada kelas sosial). Taruhlah contoh untuk golongan mujahid (pejuang Islam). Dalam perspektif Islam, posisi mereka adalah istimewa, entah berasal dari keluarga biasa saja maupun ningrat. Tapi, karena jasa yang telah diberikan kepada Islam, baik waktu, tenaga, pikiran, maupun biaya, maka mereka memiliki hak untuk mendapatkan bagian dalam distribusi zakat.

oleh Fatchul Anam Nurlaili

dimuat di rubrik opini Kedaulatan Rakyat

edisi 6 Agustus 2013

Ngaji di Masjid Jenderal Sudirman (sekitar kampus UGM, UNY, UIN Suka Yogyakarta)

Kisanak mahasiswa atau siapapun yang menginginkan ngaji di sekitaran kampus UGM, UNY, UIN Suka Yogyakarta, atau kampus lainnya, mari merapat di Masjid Jenderal Sudirman.

Petunjuk arah ngaji di sekitaran kampus UGM, UNY, UIN Suka Yogyakarta :
Masjid Jenderal Sudirman —- > pertigaan RRI Jl Affandi (dulu Jl Gejayan), masuk ke timur, pertigaan pertama ambil kiri (utara), perempatan masih lurus sedikit, Masjid Jenderal Sudirman di kanan (timur) jalan.

.
Agenda Ngaji di Masjid Jenderal Sudirman (sekitar kampus UGM, UNY, UIN Suka Yogyakarta) :

  1. Malam Selasa Kliwon pukul 19.45 WIB, Kitab Syarhul Hikam oleh Kyai Imron Djamil
  2. Malam Rabu pukul 18.30 WIB, Tafsir dan Sirah Nabawiyah gantian Mas Ilham S.Th.I. dan Habib Sayyidi Ba Raqbah
  3. Malam Kamis pukul 19.30 WIB, Ngaji Filsafat oleh Dr. Fahruddin Faizz
  4. Malam Sabtu pukul 18.30 WIB, kajian umum bapak bapak
  5. Malam Senin Pahing pukul 20.00 WIB, Kitab Ruba’iyyat Maulana Rumi oleh Cak Kuswaidi Syafi’i
  6. Malam Jum’at Pahing pukul 20.00 WIB, Kitab Tarjumanul Asywaq Ibnu ‘Arabi oleh Cak Kuswaidi Syafi’i
  7. Sebulan sekali Ngaji Serat Jawa waktu ba’da asar, hari menyesuaikan pengisi
  8. Kajian tematik bulanan (bisa bedah buku, tesis, atau karya ilmiah) waktu kondisional

Kontak ngaji di sekitaran kampus UGM, UNY, UIN Suka Yogyakarta :
Untuk info lebih lanjut ngaji di Masjid Jenderal Sudirman silahkan hubungi kontak berikut ini
Mas Ain Ali Maftuch (085608534500)
Mas Yazid (085729494481)

Download e book hasil bahtsul masail (3)

Ingin download e book hasil bahtsul masail part 3? Di sini kisanak bisa mendapatkannya. Temukan berbagai permasalahan beserta jawaban dilengkapi ibarot ibarot yang relevan. Format file nya chm. Kisanak perlu chm reader untuk membukanya. Untuk android saya belum pernah coba buka file ini. Barangkali ada aplikasi chm reader kisanak bisa download dulu. Ini link download e book hasil bahtsul masail part 3 :

https://drive.google.com/file/d/0BwAo5x_aI8kpdGNTOG9SRkFkeUU/view?usp=sharing

Download e book hasil bahtsul masail (2)

Ingin download e book hasil bahtsul masail part 2 ? Di sini kisanak bisa mendapatkannya. Temukan berbagai permasalahan beserta jawaban dilengkapi ibarot ibarot yang relevan. Format file nya chm. Kisanak perlu chm reader untuk membukanya. Untuk android saya belum pernah coba buka file ini. Barangkali ada aplikasi chm reader kisanak bisa download dulu. Ini link download e book hasil bahtsul masail part 2 :

https://drive.google.com/file/d/0BwAo5x_aI8kpS1BtQ2ZrRHI4UHM/view?usp=sharing

Download e book hasil bahtsul masail (1)

Ingin download e book hasil bahtsul masail ? Di sini kisanak bisa mendapatkannya. Temukan berbagai permasalahan beserta jawaban dilengkapi ibarot ibarot yang relevan. Format file nya chm. Kisanak perlu chm reader untuk membukanya. Untuk android saya belum pernah coba buka file ini. Barangkali ada aplikasi chm reader kisanak bisa download dulu. Ini link download e book hasil bahtsul masail part 1 :

https://drive.google.com/file/d/0BwAo5x_aI8kpU2JybWtyX1Z3TjQ/view?usp=sharing

Mbah Karim (Part Satu)

“Wir, jupukke ondho Wir!”, perintah Mbah Karim pada Kang Wir, salah satu santri Mbah Karim, sambil mendongakkan pandangan ke langit-langit rumah.

Entah mengapa lampu di kamar-tengah padam. Suasana yang biasanya cukup terang kini temaram. Ruangan itu hanya mendapatkan sedikit sinar lampu dari lampu kamar sebelah. Kabel lampu tersebut memang sudah usang. Tikus-tikus rumah yang usil mungkin memutus kabel tersebut. Itulah kemungkinan yang terlintas dalam benak Mbah Karim.

mbah karim 1

Kang Wir, sebagai santri yang selalu berusaha untuk taat pada perintah guru, segera bergegas menuju halaman belakang rumah, tempat penyimpanan ondho, atau tangga dalam bahasa indonesia. Tangga itu akan digunakan untuk naik ke atas, mengecek kabel yang diduga dikrikiti tikus usil. Tikus, hewan kecil yang menjijikkan menurut banyak ibu rumah tangga. Sering berulah mengganggu kenyamanan pemilik rumah. Dalam benak, Kang Wir terlintas pikiran mengapa tuhan menciptakan tikus, apa gunanya. Kang Wir yakin, tikus pasti ada gunanya. Tapi dia sendiri belum tahu. Aneh memang, belum tahu tapi yakin. Mungkin sebenarnya Kang Wir hanya memaksakan keyakinannya saja karena adanya ayat robbanaa maa kholaqta haadza baathila.

Tak terasa tangga telah berada di depan mata. Tangan Kang Wir segera meraih dan memikulnya, dibawa menuju Mbah Karim, guru tercintanya. Kang Wir melangkah sambil dzikir khofiy dalam hati, Allah Allah, sesuai yang diajarkan Mbah Karim. Sebelum sampai ruang tengah, Kang Wir sempat sedikit heran. Ruang tengah yang tadinya terlihat temaram kini  menyala terang. Namun, hal itu tidak menyurutkan langkah Kang Wir untuk tetap membawa tangga ke Mbah Karim. Walaupun mungkin tangga tidak akan dipakai untuk mengecek kabel.

“Ndi ondhone, Wir…???!!!”

“Nggeh mbah, niki”, jawab Kang Wir sambil terus melangkah menuju ruang tengah.

“Masya Alloooh……”, Kang Wir terperanjat kaget melihat Mbah Karim yang sudah berada di atas balok kayu penyangga atap rumah.

“Lho mbah, lha kok sampun ten nginggil. Lha ondhone niki ngge nopo?”, dengan lugu Kang Wir bertanya kepada Mbah Karim.

“ Tak nggo mudhun, Wir!”, jawab Mbah Karim dengan singkat.

Kang Wir heran. Nggak tahu bagaimana caranya kok Mbah Karim bisa naik di langit- langit atap padahal tangganya baru saja sampai. Mungkinkah terbang? Atau mungkin menghilang dan kemudian ketika nampak tiba-tiba sudah berada di langit-langit? Ah, Kang Wir benar benar bingung. Kalau memang terbang atau apalah itu, mengapa harus minta tangga? Naiknya saja bisa tanpa tangga Kangak turunnya malah harus pake tangga.

Kebingungan Kang Wir Kangih saja menyelimuti otaknya. Dia baru tersadar kalau tadi Mbah Karim minta dipasangkan tangga untuk turun. Kang Wir kemudian memasang tangga sambil melihat ke atas. Betapa kagetnya Kang Wir, Mbah Karim sudah tidak di atas lagi.
“Lha trus ondhone ki nggo ngopo je?”, Kang Wir tambah bingung.